Membesarkan Anak Yang Kreatif

Ibu dan ayah yang ingin membesarkan 'Michel Angelo' baru
mungkin perlu sedikit menahan diri. Riset baru mengatakan
bahwa anak-anak yang orang tuanya benar-benar
'membiarkan mereka' akan menjadi lebih kreatif dibandingkan
anak-anak yang orang tuanya lebih banyak terlibat dalam
proses kreativitas mereka. Hasil temuan tersebut dipresentasikan
oleh Dr. Dale Grubb dari Baldwin-Wallace College di
Berea, Ohio, dalam pertemuan tahunan American Psychological Society.

Para orang tua yang suka mengajari berbagai hal kepada
anak-anak mereka, cenderung mempunyai anak-anak yang
kurang kreatif, demikian ia menjelaskan. Dan yang perlu
digarisbawahi ialah kadang mereka terlalu berlebihan mencoba
untuk terlibat dalam proses kreativitas si anak.

Biarkan kreativitas mereka berkembang

Grubb menjelaskan bahwa dalam satu tes mereka memberikan
beberapa pertanyaan sederhana, seperti
"bagaimana anda dapat menggunakan sepotong kertas?".
Semakin banyak ataupun semakin 'asing' jawaban yang
diberikan, maka mereka dianggap semakin kreatif.

Tidak mengherankan, orang tua yang lebih kreatif tampaknya
mempunyai anak-anak yang lebih kreatif. Namun Grubb
mengatakan bahwa mereka masih tidak jelas apakah hal ini
terjadi karena faktor genetik atau cara mereka mendidik.
Dengan memusatkan perhatian pada cara orang tua mendidik,
para peneliti merekam interaksi antara orang tua dan anak mereka
saat sedang bermain. Mereka membuat asumsi bahwa orangtua
dengan cara mendidik yang paling mendukung dan 'memungkinkan',
akan mempunyai anak-anak yang paling kreatif. " 'Memungkinkan'
berarti bersikap sangat fokus pada anak, bertanya kepada si anak
tentang apa yang ingin ia lakukan, mengapa begini atau begitu
serta hal-hal lain yang seperti itu," Grubb menjelaskan.

Tetapi asumsi yang mereka buat ternyata keliru. Gaya mendidik
yang 'memungkinkan' bukan hanya tidak ada kaitannya dengan
tingkat kreativitas tertentu dari anak, akan tetapi justru - meskipun
tidak besar - cenderung menyebabkan berkurangnya kreativitas.
"Malah gaya 'memungkinkan' ini dapat dengan mudah berkembang
menjadi apa yang disebut sebagai sikap 'memaksa', yang
membuat orang tua sering berkata: "Jangan begitu, lakukan
seperti ini", dan tidak memberikan banyak pilihan kepada
anaknya," kata Grubb.

Pesan yang dapat diambil, menurut Grubb, adalah bahwa kalau
orangtua menghargai kreativitas si anak dan memberikan dukungan
tanpa terlalu mengarahkan dan kalau mereka sendiri memang
kreatif, maka mereka mungkin akan mempunyai anak-anak yang
lebih kreatif.

Bagaimana hal ini dapat diterapkan ke dalam ruang bermain anak ?

Pertama-tama, hindari alat-alat permainan yang memaksakan konsep
struktur atau membatasi kreativitas si anak. Berikan kepada mereka
kertas putih polos, bukan buku mewarnai (dengan gambar-gambar
yang telah ditetapkan sebelumnya) dan biarkan mereka menemukan
sendiri kemana mereka ingin pergi.

Pilih alat-alat permainan yang bentuknya lebih mudah diubah-ubah
(seperti lilin mainan), ketimbang balok-balok yang saling disambung
dan hanya dapat membentuk bangunan persegi yang terbatas.
Namun yang paling penting, selalu berikan pujian atas usaha yang
telah mereka lakukan. Mereka mungkin saja menggambar sesuatu
yang konyol atau tidak masuk akal, namun tetap berikan pujian
karena mereka telah mencoba membuat sesuatu yang baru,
demikian saran Grubb. (sumber: satumed.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar